Minggu, 09 Mei 2010
Teori Groupthink
Sejarah
Teori Groupthink Merupakan hasil karya Irving Janis pada tahun 1972, dimana ia menggunakan pendekatan yang sangat menarik. Janis menggunakan data sejarah untuk mendukung teorinya dengan menganalisa enam episode pengambilan keputusan nasional dimana hasil-hasil bisa bagus atau buruk, tergantung pada batasan-batasan berpikir kelompok (Groupthink). Contoh-contoh negatif meliputi invasi Teluk Babi, Perang Korea, Pearl Harbour, dan eskalasi Perang Vietnam.
Salah satu kasus Janis tentang pengambilan keputusan yang berhasil adalah respon pemerintahan Kennedy terhadap krisis misil Kuba. Pada bulan Oktober 1962, Kuba ketahuan tengah membangun pangkalan-pangkalan senjata nuklir ofensif dan mempersenjatai mereka dengan rudal-rudal soviet. Presiden Kennedy telah mengalami satu contoh berpikir kelompok (Groupthink) dalam invasi Teluk Babi setahun sebelumnya, dan ia sepertinya sudah belajar apa yang tidak boleh dilakukan dalam krisis-krisis Internasional seperti itu. Misalnya, ia terus menerus mendorong para penasihatnya untuk saling menantang dan berdebat satu sama lain. Ia menahan diri untuk tidak memimpin kelompok tersebut terlalu dini dengan pendapatnya sendiri, dan ia membentuk sub-sub kelompok untuk membahas masalah itu secara terpisah untuk tidak saling memperkuat opini-opini para anggotanya. Banyak anggota, termasuk Kennedy, berbicara dengan pihak luar dan para ahli dan para ahli tentang masalah itu untuk memastikan didengarnya opini-opini segar. Pada akhirnya, Kennedy berhasil melancarkan sebuah blokade militer dan menghentikan pembangunan Kuba-Soviet tersebut.
Pengertian dan Asumsi-asumsi
Janis meneliti kelengkapan dari keputusan-keputusan kelompok secara seksama. Dengan menekankan pada pemikiran kritis, ia menunjukan bagaimana kondisi-kondisi tertentu dapat mengarah pada kepuasan kelompok yang tinggi akan tetapi output-nya tidak efektif
Janis menggunakan istilah groupthink sebagai suatu cara berpikir yang dipakai oleh individu ketika mereka terlibat secara mendalam pada sebuah in-group yang kompak, dimana usaha-usaha para anggotanya untuk mencapai kesepakatan mengalahkan motivasi mereka untuk secara realistis memperhitungkan tindakan-tindakan alternative. Groupthink merujuk pada penurunan efisiensi mental, pengujian realita, dan penilaian moral yang diakibatkan oleh tekanan in-group.
Groupthink adalah akibat langsung dari kekompakan didalam kelompok yang pertama kali dibahas secara mendalam oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, dan sejak saat itu groupthink dipandang sebagai sebuah variable penting dalam keefektifan kelompok. Dalam sebuah kelompok yang sangat kompak, suatu identifikasi bersama yang kuat akan mempersatukan kelompok tersebut.
Kekompakan adalah suatu akibat dari sejauh mana semua anggota memandang bahwa sasaran-sasaran mereka dapat dicapai di dalam kelompok . ini tidak menuntut para anggota untuk memiliki sikap yang sama tetapi para anggota tersebut saling bergantung dan mengandalkan satu sama lain untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu yang diinginkan bersama. Penelitian terhadap kelompok kecil menunjukan kekompakan memiliki pengaruh positif karena dapat membantu sinergi efektif dan meminimalkan energi intrinsik.
Teori Groupthink termasuk kedalam kelompok Group Communication Theory. Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya : Human Communication, A Revision of Approaching Speech / Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interakasi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecah masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
Titik berat komunikasi kelompok adalah pada gejala komunikasi kelompok kecil tentang bagaimana caranya untuk dapat lebih mengerti proses komunikasi kelompok, memperkirakan hasilnya serta lebih meningkatkan proses komunikasi kelompok.
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok kedalam tiga tipe, dimana setiap kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda, kelompok-kelompok tersebut yaitu :
a. Kelompok Belajar (Learning Group)
Ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan. Jadi, apapun bentuknya, tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya.
b. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
Karakteristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalah growth group tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.
c. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Problem Solving Group dalam operasionalisasinya, melibatkan dua aktivitas penting. Pertama, pengumpulan informasi (Gathering Information) yaitu bagaimana sebuah kelompok sebelum membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna sebagai landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua adalah pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi
Dalam dataran teoritis kita mengenal teoritis kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
a. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode ini seringkali dipakai oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak memiliki waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini secara sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapat persetujuan para anggotanya.namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan seperti munculnya ketidakpercayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya karena mereka kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang diambil secara individual.
b. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap ahli tersebut benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karena sangat sulit menurunkan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.
c. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam metode pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama, karena metode ini mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab. Metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu para anggota kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi pembuat keputusan.
d. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi apabila semua anggota dari suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan , yaitu partisipasi penuh dari seluruh anggota akan dapat meningkatkan keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Metode konsensus sangat penting khususnya dalam keputusan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks. Metode ini memiliki kekurangan dalam hal waktu yang dibutuhkan dalam membuat keputusan. Metode ini tidak cocok digunakan dalam keadaan yang mendesak.
Sabtu, 08 Mei 2010
Teori katarsis
LATAR BELAKANG TEORI
Katharsis berasal dari bahasa yunani yang berarti pembersihan (Purging).Meskipun belum disebut katharsis, Seorang filsuf Yunani yaitu Aristoteles telah menggunakan konsep katharsis dalam karyanya untuk menyampaikan emosi akan tragedy kepada audience-nya. Teori Katharsis pertama kali diperkenalkan pada kisaran awal tahun 1960 dalam tulisan berjudul The stimulating versus cathartic effect of a vicarious aggressive activity yang dipublikasikan dalam journal of abnormal social psychology. Konsep teori ini berdiri diatas psikoanalisa Sigmund freud, yaitu emosi yang tertahan bias menyebabkan ledakan emosi berlebihan, maka dari itu diperlukan sebuah penyaluran atas emosi yang tertahan tersebut.Penyaluran emosi yang konstruktif ini disebut dengan katharsis.
ASUMSI TEORI KATHARSIS
Kehidupan manusia yang dinamis, mengantarkan manusia pada pola kehidupan yang relative kompleks dan semakin mendesak manusia berhadapan dengan kenyataan bahwa manusia memiliki keterbatasan.Kondisi tersebut memicu munculnya rasa frustasi dan cenderung bersifat agresif.Setiap emosi dan sikap agresif tersebut lambat laun akan menumpuk dan harsu segera di salurkan. Dalam keadaan tersebut, tidak semua emosi dan agresi tersebut bias disalurkan secara nyata dan dibutuhkan satu cara aman untuk pelampiasan atau penyaluran. Katharsis yang merupakan penyaluran emosi dan agresi yang bias berupa kekesalan, kesedihan, kebahagiaan, impian dan lainnya ini dilakukan dengan pengalaman wakilan (Vicarious experience) seperti mimpi, lelucon, fantasi atau khayalan. Dalam konteks ini, seseorang tidak melakukan penyaluran emosi dan agresi-nya secara nyata oleh individu tersebut, melainkan dilakukan hanya melihat atau membayangkan sesuatu tersebut dilakukan, atau dengan istialah lain yaitu pengalaman wakilan. Seperti contoh seorang remaja sambil mendengarkan musik Rock favoritnya, membayangkan dirinya menjadi seorang bintang musik Rock yang sedang pentas dihadapan ribuan penonton.Atau contoh lainnya seorang ibu yang menonton sebuah serial TV yang menggambarkan sosok seorang anak yang baik dan berbakti pada orang tuanya, ibu tersebut merasa tenang dan merasa puas karena emosinya tersalurkan, meskipun dalam kenyataannya ibu tersebut tidak memiliki anak yang baik tersebut.
Penyaluran emosi dan agresi tersebut, terkadang didasari oleh sebuah tragedy atau peristiwa yang pernah menimpa seseorang dimasa lalu dan menimbulkan rasa trauma. Contohnya, Warga